Cerita 18+ Liburan Ternikmat Bersama Keluarga –
Matahari bersinar dengan garangnya. Terasa panas di telapak kaki yang telanjang ketika menginjak pasir di tepi pantai, tapi tidak menghalangi keasyikan dan keceriaan aku, Mama dan adikku Chelsea menikmati indahnya pantai siang itu.
Hanya kami bertiga, karena liburan kami bukan pada hari libur, tapi pada hari Senin. Hari itu Papa baru bisa cuti. Papa tidak mau berjalan dengan Kami. Papa lebih suka tiduran di villa atau membaca koran.
Chelsea mengabadikan aku dan Mama dengan kamera hapenya. Aku dan Mama berfoto di depan kamera Chelsea dengan berbagai gaya. aku bebas memeluk mama. Mama juga tidak segan-segan memeluk aku dari belakang hingga payudaranya yang montok itu tergencet oleh punggungku.
Mesra sekali aku dan Mama. Baru kali ini terjadi selama hidupku. Kadang-kadang aku sampai terangsang. “Ko Melvin… ko Melvin…” panggil Chelsea. “Foto dengan Mama seperti orang lagi pacaran, dong!”
“Bagaimana sih berfoto seperti orang pacaran?” tanya Mama tersenyum simpul “Begini, ya?” mama memeluk aku.
“Kurang mesra… kurang mesra…!” teriak Chelsea.
“Habis, bagaimana dong?” tanya mama.
“Mama cium bibir Ko Melvin gitu…” jawab Chelsea polos.
Aku dan Mama saling berpandangan, saling melempar tersenyum. “bagaimana, apa mau kita lakukan, Ma?” tanyaku. Aku sih pengen banget bisa ciumin bibir Mama.
“kita turuti saja,” jawab Mama.
Aku dan Mama lalu berdiri berhadap-hadapan. Ombak datang menerjang kaki kami. Tubuh Mama oleng, sehingga aku langsung mengambil kesempatan memeluk mama dan mencium bibirnya. aku benar-benar mencium bibir mama. Mama memejamkan matanya seperti sedang menikmati ciuman bibirku.
Chelsea langsung menjepret-jepret kamera hapenya mengabadikan aku dan Mama berciuman mesra. selesai membuat foto kami, Chelsea melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai sambil mencari kulit kerang untuk perhiasan akuariumnya. Tapi tidak demikian aku dengan Mama.
Kami saling melumat bibir. Aku yang melakukannya terlebih dahulu pada Mama. Setelah itu, aku dan Mama seperti biasa-biasa saja. Kami melanjutkan perjalanan menyisiri pantai. “Vin, kamu jalan sama Chelsea dulu ya. Mama mau cari tempat untuk pipis, sudah kebelet…” kata mama segera memisahkan diri dengan aku.
Mama berjalan ke arah rerimbunan pohon pinus. Mana ada WC di sana, batinku. Mama pasti kencing ditengah-tengah rerimbunan pohon-pohon pinus dan beratapkan langit.
Aku segera menyusul Mama. “Ma, aku temani, ya?” teriakku.
Mama tidak menahan laju langkah kakiku. Setelah berada ditengah-tengah rerimbunan pohon pinus, Mama mencari tempat untuk berjongkok. “Tolong Mama lihat-lihat ya, Vin!” kata Mama, lalu Mama menaikkan kain yang menutupi pahanya. Mama berdiri hanya sekitar 2 meteran dari aku.
Aku langsung menggelegak menelan ludah melihat paha Mama yang putih mulus dan buah pantatnya yang tertutup celana dalam warna merah. Dan mataku terbuka semakin liar saat mama menurunkan celana dalamnya dan di celana dalam Mama tampak menempel selembar pembalut tipis yang sudah keriput terjepit selangkangannya.
Penisku berdenyut-denyut tak tertahankan seperti mau memuntahkan lahar panasnya ketika mama berjongkok dan terdengar suara berdesir-desir air kencingnya menyembur di pasir panas. Aku membayangkan vaginanya…
Aku dan Mama keluar dari rerimbunan pohon pinus, Chelsea berlari mendekati kami. “Berenang yuk, Ma!” teriak Chelsea.
“Ayo!” jawab mama senang. “Kamu jalan dulu sana, Mama sama Chelsea mau tukar pakaian.” kata mama padaku.
Ini kesempatan besar, kataku dalam hati saat berjalan meninggalkan Mama dan Chelsea. biar aku pamerkan tubuhku yang telanjang pada mereka.
Aku segera melepaskan semua pakaianku di tepi pantai, lalu menceburkan tubuhku ke air laut yang hangat. Ombak mengalun lembut menyapa tubuhku yang telanjang. Tak lama kemudian, Mama dan Chelsea datang dengan tubuh berbalut handuk. Mereka tidak bisa melihat tubuhku yang telanjang, karena aku sedang berdiri di dalam air yang sepinggang.
Mereka melepaskan handuk di tepi pantai dan tampaklah tubuh mereka yang mengenakan bikini 2 piece. Mama memakai bikini berwarna biru. payudaranya yang montok tampak menyembul dari bagian atas bikininya yang ketat, sementara Perutnya yang telanjang sudah kendor. Pusernya besar dan dalam. Celana kecil yang menutupi selangkangannya kelihatan menggunduk tembem.
Chelsea memakai bikini berwarna kuning. Tubuh gadis remaja berumur 15 tahun ini tampak ramping. Payudaranya kecil, kira-kira sebesar bola tenis dibelah dua. Tapi selangkangannya sama menggunduknya dengan Mama.
Mereka menceburkan tubuh mereka ke air laut. Aku membiarkan mereka bermain air dan berendam air laut beberapa saat. “Kumpul di sini, Vin!” teriak mama kemudian.
Aku tidak langsung berdiri menampakkan penisku yang telanjang pada Mama dan Chelsea.Aku merangkak menuju mereka. Setelah dekat, aku baru berdiri dan melihatku, Chelsea langsung berteriak,: “Ma, kita telanjang seperti ko Melvin, yuk!”
“kamu aja, Mama nggak!” jawab Mama tersenyum sambil memandang penisku yang berayun-ayun setengah tegang.
Chelsea segera mencopot bikininya. Aku juga menarik tali bikini Mama. Beberapa saat kemudian, aku, Mama dan Chelsea benar-benar telanjang. Tapi aku tidak dapat melihat vagina Mama dan Chelsea, karena terendam air laut. Aku hanya bisa melihat payudara mereka.
Payudara Chelsea bulat berdiri kokoh dengan puting mungil berwarna kemerahan, sedangkan payudara Mama besar menggantung, putingnya mancung dan aerolanya lebar berwarna coklat tua. Aku lebih memperhatikan tubuh Mama daripada Chelsea, karena Mama lebih mudah kalau aku mau ngentot sama dia, dibandingkan dengan Chelsea.
maka itu, aku bermain-main dengan mama. aku olesi pasir basah ke punggungnya yang putih dan kelihatan dengan jelas bekas-bekas BH-nya itu. Tidak mau kalah, Mama melemparkan pasir ke arahku. Aku mengelak cepat, kemudian aku olesi lagi pasir ke punggung Mama. Mama melemparkan pasir lagi ke arahku.
Kali ini aku menantang Mama dengan menyediakan dadaku ketika aku melihat Chelsea berada jauh dari kami. Kira-kira sekitar 10 meteran gitu jaraknya dari kami. Chelsea memang pandai berenang. “Tuh, kena!” seru sama senang saat pasir yang dilemparkannya itu menempel di dadaku yang bidang.
Tapi pasir itu tidak hanya menempel di dadaku, melainkan di pipiku juga. Aku segera mencari alasan yaitu dengan mengucek-ucek mataku seperti kemasukan pasir. Mama segera datang menghampiriku. “Matamu kena pasir ya, Vin?” tanya Mama.
“Ya Ma, sedikit!” jawabku.
“Mana mama lihat?” kata Mama memegang tanganku, lalu diturunkannya tanganku.
Tanpa menunggu lagi, aku memegang tangan Mama, lalu menurunkannya ke air laut yang merendami penisku. “Sengaja, ya?” kata Mama saat tangannya kena penisku yang tegang.
“Hee… hee… “
“Chelsea melihat ke arah kita, nggak?” tanya Mama yang duduk terendam di air laut membelakangi Chelsea dan tangannya memegangi batang penisku yang tegang itu.
Aku tidak langsung berdiri menampakkan penisku yang telanjang pada Mama dan Chelsea.Aku merangkak menuju mereka. Setelah dekat, aku baru berdiri dan melihatku, Chelsea langsung berteriak,: “Ma, kita telanjang seperti ko Melvin, yuk!”
“kamu aja, Mama nggak!” jawab Mama tersenyum sambil memandang penisku yang berayun-ayun setengah tegang.
Chelsea segera mencopot bikininya. Aku juga menarik tali bikini Mama. Beberapa saat kemudian, aku, Mama dan Chelsea benar-benar telanjang. Tapi aku tidak dapat melihat vagina Mama dan Chelsea, karena terendam air laut. Aku hanya bisa melihat payudara mereka.
Payudara Chelsea bulat berdiri kokoh dengan puting mungil berwarna kemerahan, sedangkan payudara Mama besar menggantung, putingnya mancung dan aerolanya lebar berwarna coklat tua. Aku lebih memperhatikan tubuh Mama daripada Chelsea, karena Mama lebih mudah kalau aku mau ngentot sama dia, dibandingkan dengan Chelsea.
maka itu, aku bermain-main dengan mama. aku olesi pasir basah ke punggungnya yang putih dan kelihatan dengan jelas bekas-bekas BH-nya itu. Tidak mau kalah, Mama melemparkan pasir ke arahku. Aku mengelak cepat, kemudian aku olesi lagi pasir ke punggung Mama. Mama melemparkan pasir lagi ke arahku.
Kali ini aku menantang Mama dengan menyediakan dadaku ketika aku melihat Chelsea berada jauh dari kami. Kira-kira sekitar 10 meteran gitu jaraknya dari kami. Chelsea memang pandai berenang. “Tuh, kena!” seru sama senang saat pasir yang dilemparkannya itu menempel di dadaku yang bidang.
Tapi pasir itu tidak hanya menempel di dadaku, melainkan di pipiku juga. Aku segera mencari alasan yaitu dengan mengucek-ucek mataku seperti kemasukan pasir. Mama segera datang menghampiriku. “Matamu kena pasir ya, Vin?” tanya Mama.
“Ya Ma, sedikit!” jawabku.
“Mana mama lihat?” kata Mama memegang tanganku, lalu diturunkannya tanganku.
Tanpa menunggu lagi, aku memegang tangan Mama, lalu menurunkannya ke air laut yang merendami penisku. “Sengaja, ya?” kata Mama saat tangannya kena penisku yang tegang.
“Hee… hee… “
“Chelsea melihat ke arah kita, nggak?” tanya Mama yang duduk terendam di air laut membelakangi Chelsea dan tangannya memegangi batang penisku yang tegang itu.
Benar saja. begitu aku melepaskan batang penisku dari lubang vaginanya, batang penisku berlumuran darah segar dan dari lubang memek Chelsea juga mengalir keluar darah yang bercampur dengan spermaku.
Aku memeluk erat Chelsea. “Koh Melvin mencintai kamu, sayang. tapi kamu harus biasa-biasa saja dan jangan salah tingkah, ya?”
“Iya koh, janji!”
Esok paginya, selesai sarapan, aku memandang ke laut lepas sewaktu mobil Papa meninggalkan villa menuju ke rumah. satu pertanyaan timbul dalam pikiranku, Akan biasa-biasakah aku dengan Mama dan Chelsea di rumah nanti? tapi di dalam mobil, Aku dan mama sudah saling meremas tangan.